Jumat, 28 Oktober 2011

THE MIRACLE OF SEDEKAH (KEAJAIBAN SEDEKAH)

A. Pengertian
Inti ajaran sedekah kalau merujuk pada beberapa temuan ilmu pengetahuan dan ajaran agama, sedikitnya ada tiga;[1]
 Pertama, Sedekah merupakan perintah agar kita menjalin hubungan harmonis dengan  diri sendiri. Akan  harmonis juga hubungannya dengan orang lain dan dengan Tuhan. Tanda-tanda orang yang punya hubungan harmonis dengan dirinya yaitu orang itu mempunya kesimpulan positif tentang dirinya, punya kemampuan menyuruh dirinya untuk melakukan hal-hal yang berakibat baik pada dirinya dan punya kemampuan untuk melarang dirinya agar menghindari hal-hal yang berakibat negatif (self-control). Orang yang harmonis itu akan meraih prestasi yang terus meningkat dan akan terhindar dari stress. Kalau melihat penjelasan Al-Ghazali dalam Ihya’, tanda yang paling penting adalah syukur dan sabar. Syukur disini maksudnya adalah orang itu punya kesimpulan mental yang positif terhadap dirinya dan punya agenda riil untuk memperbaiki diri secara berkelanjutan. Sedangkan sabar artinya orang itu mampu menahan diri dari hal-hal yang berakibat buruk pada dirinya.
            Kedua, sedekah merupakan perintah agar kita mengharmoniskan hubungan dengan orang lain, dari mulai yang paling dekat. Kalau melihat penjelasan Al-Qur’an dan Hadist Nabi, kunci agar kita bisa membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain itu ada tiga; punya ungkapan yang bagus, punya hati yang perduli, dan mengutamakan manfaat dalam mengambil keputusan yang terkait dengan hubungan.
            Dengan ketiga kunci itu maka seseorang akan membuka hubungan baru, menjaga hubungan yang sudah terbina, dan mudah mengatasi konflik yang merupakan konsekuensi alamiyah dari hubungan. Hanya saja perlu disadari bahwa ketiga hal ini baru bisa dilakukan oleh orang yang sudah sanggup menjalin hubungan secara harmonis dengan dirinya.
            Ketiga, sedekah adalah perintah agar kita menjalin hubungan harmonis dengan Tuhan. Kalau merujuk dalam Al-Qur’an, tanda yang paling penting untuk di ingat adalah ketika seseorang dapat memerankan secara seimbang antara sebagai khalifah dan sebagai hamba (abdun) dalam menghadapi hidup.
Sebagai khalifah seseorang merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki dirinya, memperbaiki lingkunganannya atau realitasnya. Khalifah harus punya inisiatif, mengambil keputusan, dan melakukan perbaikan. Tugas khalifah adalah membangun atau memakmurkan. Dimensi kekhalifahan yang paling kecil adalah diri sendiri, kemudian makin meluas ke orang lain dalam arti banyak.
Sedangkan hamba berarti orang itu menyadari bahwa tugasnya adalah beribadah kepada Tuhan, merasa tidak punya kekuatan apa-apa tampa bantuan Tuhan, menyadari pentingnya berdoa, merasa apa yang didapatkannya bukan karena semata karena jerih payahnya sendiri atau karena keahliannya (melainkan karena ada ‘Tangan Tuhan” disitu, menyadari bahwa kekayaan itu adalah alat untuk hidup (ibadah), bukan tujuan hidup, dan lain-lain.
Jika kedua peranan itu dimainkan secara seimbang, maka hasilnya adalah sosok yang kreatif, inisiatif, logis, realistis, dinamis, tidak sedikit-sedikit ‘mengandalkan’ Tuhan untuk menyelesaikan masalah hidupnya, dan lain-lain. Namun tetap tawadlu, membenarkan kebaikan-kebaikan, dekat dengan Tuhan, tidak takabbur, tidak mudah putus asa atau kehilangan kendali emosi.

B. Keajaiban Sedekah
Adapun keajaiban sedekah baik yang terhimpun dalam Al-Qur’an Maupun Al- Hadist diantaranya adalah:
1.      Sedekah itu akan membuka kelapangan hidup seseorang
Kelapangan itu jika meminjam kata dari An-Ubaedy, Hidup yang lapang itu bukan semata hak orang-orang kaya. Banyak orang kaya yang hidupnya sempit. Jadi hidup yang lapang itu adalah adanya sumber solusi yang mudah didapat dan berakibat baik bagi orang itu sesuai dengan keadaannya masing-masing jika sosuli itu diambil.
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS. Ath-Thalaq: 7)
Supaya hidup kita lapang (dekat dengan sumber solusi yang kita butuhkan sesuai keadaan kita), maka al-Qur’an menyuruh kita berderma susuai keadaan kita. Berderma termasuk salah satu indikator penting ketaqwaan kita. Balasan dari ketaqwaan itu salah satunya adalah:
Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.(QS. Ath.-Thalaq : 4)
2.      Membuka berbagai pintu rezeki
Khalifah Ali pernah berpesan: “pancinglah rezeki dengan sedekah.” Rezeki adalah apa saja yang bisa kita gunakan. Rezeki ini netral. Karena itu ada rezeki halal dan rezeki yang tidak halal. Ada rezeki yang berbentuk materi dan ada rezeki dalam bentuk non materi.
Bertambahnya jumlah rezeki itu tidak selalu harus berupa rezeki yang bersifat materi, meskipun kita mungkin selalu menginginkan itu. Rezeki yang ditambah Tuhan bisa bentuknya materi dan bisa non materi, misalnya keberkahannya, kemanfaatannya, dan lain-lain. Memiliki keluarga yang sehat, harmonis, sejahtera, bahagia, dan lain-lain. Juga termasuk rezeki, memilki keturunan yang baik, anak yang cedas, sehat, dan selamat dari ancaman zaman seperti narkoba dan lain sebagainya.
Mengingat bahwa balasan bagi orang yang berderma itu bermacam-macam, maka Al-Qur’an menjelaskannya dengan ungkapan yang tidak definitive. Al-Qur’an menggunakan angka 700 yang menurut tradisi Arab di zaman dulu, angka itu digunakan untuk menyebut sesuatu yang tak terhingga, in bisa dilihat melalui ayat dibawah ini:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah: 261)
3.      Menolak musibah, bala’ dan adzab,
Ketiga istilah tersebut bila dirinci adalah, musibah itu segala sesuatu yang dapat membuat seseorang menderita, baik penderitaan dalam bentuk jiwa, kehilangan harta benda, kehilangan sanak saudara, keluarga atau atau orang-orang tercinta dan lain-lain.
Musibah ini bersifat umum, dalam artian bisa mengenai orang yang baik . Sebab-sebabnya ada yang karena ulah manusia secara langsung atau tidak langsung. Kalau dalam sebuah masyarakat itu ada kelompok orang yang mengeksploitasi hutannya secara besar-besaran, maka banjir yang akan melanda kawasan itu berlaku umum.
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah: 155)
Sedangkan bala’ adalah ujian yang diberikan kepada yang sedang memperjuangkan kebaikan, baik untuk dirinya ataupun orang lain. Bentuknya antara lain adalah kegagalan, kekurangan, penolakan, perlawanan, dan lain-lain. Bala’ ini bertujuan untuk menguji apakah kita serius atau tidak dalam perjuangan kita.
Dan Sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (QS. Muhammad : 31)
Kemudian azab dimaknai suatu siksa atau balasan atas kejahatan, penyimpangan atau pelanggaran. Adzab ini ada yang diberikan sewaktu di dunia dan adapula di Akhirat. Al-Qur’an berkali-kali menjelaskan adanya adzab ini:

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)
 Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’raf: 96)
Adapun musibah, bala’ dan adzab ketiga-tiganya berasal dari Allah yang kesemuanya itu tidak diinginkan di dalam kehidupan kita. Supaya hal tersebut tidak menimpa kita Rasulullah memberi saran melalui hadisnya:
“Bersegeralah bersedekah, sebab namanya bala’ tidak pernah bisa mendahului sedekah”
“Bersegeralah walau sepotong kurma karena dapat mengenyangkan orang lain dan dapat menutup pintu kesalahan seperti halnya air yang dapat memadamkan api”
4.      Menolak penyakit.
Penyakit yang diderita itu pada dasarnya ada dua, yaitu penyakit fisik dan penyakit batin. Dengan bersedekah bisa mengobati atau menolak penyakit itu (entah batin atau fisik). Kalau melihat penjelasan dalam Al-Qur’an, sedekah itu dapat mengusir penyakit batin yang dimasukkan setan pada kita yaitu takut miskin yang membuahkan kebakhilan dan kekerdilan.
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia[170]. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. ( Al-Baqarah : 268) [170]  balasan yang lebih baik dari apa yang dikerjakan sewaktu di dunia.
Rasulullah menjelaskan sebagai berikut: “Obatilah penyakitmu dengan bersedekah”  “Sedekah itu dapat menolak 70 macam bala’ dan bencana yang paling ringan diantaranya penyakit kusta dan sopak”“Sedekah itu dapat menutup 70 pintu kejahatan”
5.      Memanjangkan umur.
Ada sebuah riwayat yang menceritakan bahwa suatu siang seorang yahudi lewat di depan Rasulullah Saw. yang sedang duduk berbincang dengan sahabatnya. Tiba-tiba, begitu melihat orang Yahudi tersebut, Rasulullah mengatakan, “orang ini akan mati tak lama lagi”. Karena yang mengucapakan adalah Rasulullah Saw. maka tidak ada yang berkomentar atas perkataan Rasulullah itu.
Tetapi pada sore harinya, Rasulullah dan para sahabatnya melihat lagi orang Yahudi tersebut melintas. Dia terlihat sehat, bahkan segar bugar dengan memanggul beberapa batang kayu. Maka para sahabatpun terheran-heran. Bagaimana mungkin orang yang sudah diramal Rasul akan mati tapi kenyataannya masih hidup. Rasul pun lantas memanggil orang.
Alangkah terkejutnya semua yang ada di situ ketika dari dalam onggokan kayu itu keluar seekor ular yang sangat beracun. Siapapun akan mati jika tergigit oleh ular itu. “ seharusnya engkau telah mati digigit ular eracun in. Amal perbuatan apa yang telah kamu lakukan?” Rasulullah bertanya. Orang Yahudi itu menceritakan bahwa di tengah perjalanan menuju pulang, dia bertemu dengan seorang yang sangat miskin yang sedang meminta-minta. Meskipun dia tidak banyak memiliki harta benda, orang Yahudi itu memberikan sedekah semampunya kepada orang miskin yang meminta-minta itu.
Itu adalah petunjuk yang bisa kita jadikan acuan untuk memperbaiki diri. Bagaimana kemukjizatan sedekah, Allah tidak membedakan semua hambanya siapa yang bersedekah dengan ikhlas, maka Allah membalasnya dengan pembalasan yang lebih dan berlipat-lipat dari  apa yang telah di nafkahkannya.



[1] AN-Ubaedy, Hikmah Bersedekah Berkah dalam Kelapangan Hidup dengan Bergai Kebaikan, (Jakarta:Bee Media Indonesia, 2009), hal. 32

Tidak ada komentar: