Jumat, 23 September 2011

Makalah model Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW Dalam Pendidikan

  1. Latar Belakang
Rasulullah adalah pemimpin ulung dan manager terhebat sepanjang sejarah kemanusiaan. Sisi kehidupannya sarat dengan hikmah yang dapat digali dari berbagai dimensi kehidupan. Dikalangan muslim, Muhammad dikenal luas sebagai seorang pemimpin dalam pendidikan, mendidik istri dan keluarganya dengan pendidikan yang manusiawi dan menakjubkan. Mendidik para sahabatnya agar menjadi sahabat dikala suka maupun duka, sedih dan gembira, damai maupun perang. Mendidik tetangga dengan amal nyata, sehingga para tetangganya mengerti dan menikmati bagaimana bertetangga dengan sebenarnya. Mendidik musuh-musuhnya agar komitmen dengan setiap perjanjian dan peperangan yang melibatkannya. Mendidik para raja dan penguasa untuk memahami dan mengerti hakikat seorang hamba dihadapan tuannya, mendidik manusia sahaya menjadi manusia merdeka, Mendidik manusia seluruhnya menuju ridha dan cahaya-Nya, Semua takkluk kepada tarbiyah yang digulirkannya. Untuk dapat dipahami secara lebih baik Prof.
Dr. James E. Royster dari clevalend State University, yang telah melakukan riset intensif tentang peran Muhammad sebagai seoang guru, teladan dan sebagai seorang manusia ideal, telah banyak membahas kesan-kesan kaum muslimin terhadap Nabi mereka. Dalam pengantarnya, dia menyatakan bawa mungkin tidak ada seorang pun dalam sejarah manusia yang telah banyak dikaji dari pada Nabinya kaum Muslimin (Muhammad). Kenyataan yang seringkali dilupakan oleh ilmuwan-ilmuwan non-musim ini, harus dipahami dalam rangka menilai secara tepat pengaruh Muhammad diantara mereka yang mengakuinya sebagai seorang Nabi . Bagi Royster, Muhammad telah mengajarkan kebenaran dengan ucapan dan mengamalkan kebenaran itu dalam kehidupannya. Kesimpulannya  yang tidak kalah penting adalah : “ Muhammad as teacher, exemplar and ideal man fulfills in Islam a role that can hardly be overestimated. From him hundreds of millions of muslim derive both meaning for personal existence and means for character development and spiritual achievement. In tems of continuing influence Muhammad, the propet of Islam, must be placed high on the list of those who have shaped thworld. Surely it would be markedly diffrenhad he not been” [1]
            Kutipan royster disini menunjukkan bahwa muhammad sebagai seorang guru tidak hanya sebagai masanya saja, namun juga bagi seluruh kaum muslimin pada masa sekarang. Dengan kata lain sang Guru itu adalah Muhammad, dan murid-muridnya adalah seluruh kaum muslimin di dunia Islam. Sementara Muhammad merupakan seorang guru yang aktual bagi para sahabatnya. Dan bagi kaum muslimin lainnya beliau menjadi seorang Imaginary educator.[2] Bagaimanapun, seluruh kaum muslimin mempelajari satu ajaran yang sama dari Al-Qur’an dan sunnah.
           
  1. Rumusan Masalah
    1. Bagamana pengertian Model kepemimpinan pendidikan?
    2. Bagaimana Karakteristik kepemimpinan Nabi Muhammad ?
    3. Bagaimana Nabi Muhammad Sebagai model pemimpin pendidikan Islam?
  2. Tujuan
    1. Untukmengetahui model kepemimpinan dalam pendidikan
    2. Untuk mengetahui Karakteristik kepemimpinan Nabi Muhammad
    3. Untuk mengetahui Nabi Muhammad Sebagai model pemimpin pendidikan Islam








BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya  dan upaya bersama untuk menggerakkan semua sumber dan alat (resourses) yang tersedia dalam suatu organisasi. Sedangkan Kepemimpinan pendidikan sebagai mana diungkapan oleh Fachrudi bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dalam proses mempengaruhi, mengkoordinir orang-orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran,agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat berlangsung lebih efesien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.[3]
Dalam bahasa Arab, kepemimpinan sering diterjemahkan sebagai al-riayah, al-imarah, al-qiyadah, atau al-zaamah. Kata-kata tersebut memiiki satu makna sehingga disebut sinonim atau murdif, sehingga kita bisa menggunakan salah satu dari keempat kata tersebut untuk menerjemahkan kata kepemimpinan. Sementara itu, untuk menyebut istilah kepemimpinan pendidikan, para ahli lebih memilih istilah qiyadah tarbawiyah.[4]
Dalam Islam Kepemimpinan begitu penting sehingga mendapat perhatian yang sangat besar. Begitu pentingnya kepemimpinan ini, mengharuskan setiap perkumpulan itu memiliki pimpinan, bahkan perkumpulan dalam jumlah yang kecil sekalipun. Nabi Muhammad Saw bersabda : “Dari abu said dari Abu Hurairah bahwa keduanya berkata, Rasulullah bersabda, “Apabila tiga orang keluar bepergian, hendaklah mereka menjadikan salah satu sebagai pemmpin.” (HR.Abu Daud)[5]
            Model Keberadaan seorang pemimpin sebagaimana terdapat dalam hadis tersebut adalah model pengangkatan. Model ini merupakan model yang paling sederhana karena populasinya hanya tiga orang. Jika populasinya banyak, mungkin saja modelnya lebih sempurna karena ada beberapa model perwujutan pemimpin. Jamal mahdi melaporkan: “Hasil studi menyatakan bahwa yang terbaik dalam melaksanakan tugas adalah pemimpin yang dipilih langsung, selanjutnya pemimpin yang memenangkan suara terbanyak, lalu yang terakhir pemimpin yang diangkat.”[6]
            Kepemimpinan dalam definisi di atas memiliki konotasi general, bisa kepemimpinan Negara, organisasi politik, organisasi sosial, perusahaan, perkantoran, maupun pendidikan. Madhi selanjutnya menegaskan bahwa diantara jenis kepemimpinan yang paling spesifik adalah kepemimpinan pendidikan (qiyadah tarbawiyah atau educative leadership), karena kesuksesan mendidik generasi, membina umat, dan berusaha membangkitkannya terkait erat dengan pemenuhan kepemimpinan yang benar. [7]

B. Karekteristik kepemimpinan Rasulullah
Kepemimpinan Rasulullah memiliki berbagai macam kelebihan, keunikan dan ciri khas yang sangat meonjol dibandingkan gaya pemimpin lainnya, seperti yang diungkapkan oleh G. Hart bahwa dengan karekteristik tersebut Hart memasukkan rasulullah sebagai orang nomor satu yang paling berpengaruh di Dunia.[8] Bahkan dalam segala aspek kehidupan Rasulullah selalu unggul. Tidak ada di dunia ini pemimpin yang ucapan, perkataan dan perbuatannya dibukukan hingga berjilid-jilid banyaknya seperti Rasulullah.
Adapun karekteristik kepemimpinan Rasulullah diantaranya adalah :
1. Ke-Tuhan-an
Ciri utama dan pertama dari kepemimpinan Rasulullah adalah manajemen yang didasarkan oleh nilai-nilai yang diaajarkan oleh Allah SWT. Nilai-nilai yang dihimpun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Yang kemudian dikenal dengan nama Al-Qur’an.
            Turunnya Al-Qur’an secara bertahap inilah yang kemudian menjadi panduan Rasulullah dalam mengelola dakwahnya. Memeberikan arahan dan pedoman untuk mewujudkan visi Islam di muka bumi seperti dalam Al-qur’an “ Dialah (Allah) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia menenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musrik membenci. ( Ash-shaf: 9)
            Inilah visi dakwah Rasulullah menjadi pemenang dalam masalah agama. Yaitu dalam kalimat tauhid, aqidah, penyembahan dan pengabdian yang benar kepada Allah.
            Visi lainnya yaitu menjadikan Rasulullah pemenang dalam masalah keduniaan, sehingga Islam dan ummatnya menjadi winner dan champion sejati. Menjadi sebaik-baik umat dan sebaik-baik makhluk (khoirul bariyah) dimuka bumi.
            Namun Allah Juga mengajarkan kepada Rasulullah visi yang konprehensif yaitu visi untuk menjadi champion di dunia dan akhirat seperti firman Allah : “ Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: “ Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebakan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.” (Al-Baqarah: 201)
            Visi yang bernafaskan keTuhanan inilah yang menjadikan kepemimpinan Rasulullah sukses secara gemilang dalam segala aspek kehidupan. Baik dalam aspek agama, moral, ekonomi, pemikiran, militer, sosial, seni dan budaya. Baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat, Negara hingga hubungan international.[9]
2. Universal
Kepemimpinan Rasulullah adalah kepemimpinan yang menyeluruh baik sisi waktu maupun tempat. Sehingga kepemimpinan Raslullah dapat diterapkan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
a.       Seorang guru dapat mencontoh Rasulullah dalam mengelola murid-muridnya, karena kepemimpinan Rasulullah terbukti menghasilkan murid-murid yang luar biasa semisal Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali.
b.      Seorang jenderal dapat mencontoh kepemimpinan Rasulullah dalam melahirkan prajurit-prajurit yang hebat semacam Khalid bin Walid dan Usamah.
c.       Seorang ilmuwan dapat mencontoh Rasulullah dalam melahirkan ilmuwan dan para pemkir ulung, semisal Umar yang terkenal dengan ijtihat-ijtihatnya yang brilian, Abu Hurairah dengan kekuatan hafalannya dalam mugumpulkan hadis.
d.      Dalam mendidik manusia sederhana, wara’ (hati-hati), tawadu’ (rendah hati) kita tempatkan pada murid-murid Rasulullah lainnya. Semisal Abu Dzar Al-Ghifari, Ali, Bilal, dan Abdullah umi maktum[10]
Hampir 100 persen murid-murid Rasulullah yaitu para sahabat memiliki karekteristik yang unik dan bersejarah berkat kepiawaian beliau dalam memimpin umatnya.
3. Humanis
Kepemmpinan Rasulullah adalah kepemimpinan yang humanis yaitu kepemimpinan yang sesuai dan selaras dengan kehidupan manusia. Karena Rasulullah adalah manusia biasa. Sehingga semua sikap, perilaku dan prestasinya dapat kita contoh. Dalam firman Allah disebutkan: “ Katakanlah; Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “ Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barang siapa mengharap  perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seseorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya. (al-Kahfi: 110)
Pernah suatu kali seorang nenek datang kepada Rasulullah dan mohon agar ia masuk surga bersama Rasululla. Nabi menjawab, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya surga tidak bisa  dimasuki oleh orang tua,”Langsung saja nenek tersebut pergi sambil menagis. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan berkata, “ Engkau tidak masuk surga dalam keadaan tua bangka, sebab Allah akan membangkitkan kembali para wanita tua dalam usia yang masih muda.”
Allah berfirman : “Sesunguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (Al-Waqiah: 35-37)
Wanita tua itu akhirnya tertawa riang mendengar senda gurau Rasulullah tersebut. Menurut riwayat wanita tua itu adalah Bibi Rasulullah yang bernama Safiyah.[11]
4. Realistis
Sebagai bentuk relistas sejarah, maka dikenal dalam ilmu-ilmu Al-qur’an a’sbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat suci Al-Qur’an ). Adanya asbabun nuzul ini membuktikan bahwa ayat Al-Qur’an turun berkaitan dengan kehidupan riil Rasulullah dan sahabatnya dalam menjawab berbagai permasalahan kehidupan.
            Contohnya adalah sebab turunnya surat Al-Lahab yang berkenaan dengan Abu Lahab. “ Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa suatu ketika Rasulullah naik ke bukit Shafa sambi berseru: “Mari berkumpul pada pagi hari ini!” maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah bersabda:  “Bagaimana pendapat kalian, sendainya aku beritahu bahwa musuh akan datang besok pagi atau petang, adakah kalian percaya padaku?” kaum quraisy menjawab: “Pasti kami percaya.” Rasulullah bersabda:” Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsat akan datang.” Berkata abu Lahab:”Celakalah engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan kami?” Maka turunlah ayat ini berkenaan dengan peristiwa yang melukiskan bahwa kecelakaan itu akan terkena kepada orang yang menfitnah dan menghalang-halangi agama Allah. (HR. Al-Bukhari dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas).[12]
5. Harmonis
Keharmonisan ramuan kepemimpinan Rasulullah inilah yang menghasilkan berbagai prestasi dan kesuksesan amal. Sehingga, hasilnya selalu optimal, efektif, efesien dan ekonomis.
Dalam kisah perang Badar pasukan Rasulullah yang berjumlah 300 orang dengan peralatan yang sederhana, namun mampu mengalahkan pasukan quraisy yang berjumlah tiga kali lipat dengan berbagai peralatan perang yang canggih, perang Ahzab, dimana 1000 orang pasukan menghadapi 10.000 pasukan sekutu atau gabungan musrik, yahudi dan munafikin.[13]
Ternyata Rasulullah sangat memahami bahwa kekuatan intelektual adalah faktor yang paling menentukan dalam perang maupun kerja. Karena itulah Rasulullah lebih memprioritaskan pembinaan personil dari pada unsur-unsur manajemen lainnya. Kemudian unsur-unsur itu diramu menjadi  suatu kekuatan yang dahsyat.
6. Berkeadilan
Yang dimaksud dengan keadilan yaitu memberikan tugas, hak, kewajiban dan kewenangan sesuai dengan kompetensi, kapasitas, kapabilitas, hak dan kewajibannya.[14]
Rasulullah adalah manusia yang paling adil dalam memperlakukan pengikutnya. Bahkan terhadap musuh, hewan dan tumbuhan sekalipun. Sebagi contoh perkataan Rasulullah “ Sekiranya Fathimah binti Muhammad mencuri maka saya akan potong tangannya.”
            Ini merupakan cerminan Rasulullah dalam menegakkan hukum dan merealisasikan firman Allah dalam surat Al-Maidah.” Hai orang orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku Adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Maidah : 8)
7. Mudah
Kepemimpinan Rasulullah adalah kepemimpinan yang mudah. Tidak rumit dan tidak memberatkan dan tidak berlebihann. Karena semuanya telah diukur dan di format sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas manusia.[15] Apapun jabatan saat ini, maka dapat diambil kemudahan dari kepemimpianan Rasulullah, seperti perkaan beliau “ Permudahlah wahai saudaraku, jangan engkau persulit.”
Dalam firman Allah di sebutkan “ Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Maa’idah: 6) dan juga firman Allah “ Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (Al-Baqarah:185)
Itulah ruh dan inti kepemimpinan Rasulullah yaitu dalam rangka memberikan kemudahan dan memberi kabar gembira kepada umatnya karena itulah kepemimpinan Rasulullah sangat compatible dengan fitrah manusia
8. Dinamis
Dinamika Kepemimpinan Rasulullah ini berkaitan dengan banyak sisi kehidupan. Mulai dari masalah keluarga, agama hingga masalah Negara. Dalam peperangan misalnya Rasulullah melakukan 62 kai peperangan. Dengan rincian 35 kali peperangan yang dilakukan oeh pasukan Rasulullah tampa kehadiran beliau. Dan 27 kali peperangan dihadiri oleh beliau langsung, 9 diantaranya beliau yang menjadi panglima perang.[16]
Dalam kondisi yang seperti itu tentu dibutuhkan seorang pemimpin yang dinamis. Karena sebagai kepala Negara, Rasulullah bukan hanya berperang, namun juga mengurus pendidikan, mendidik dan membina istri, menantu, cucu dan para sahabat. Beliau juga harus mengurus anak yatim, membangun ekonomi dan masyarakat Islam agar menjadi rahmat bagi semesta balam.
Rasulullah adalah pemimpin yang Hebat dan sukses disegala bidang seperti halnya yang diungkapkan oleh J.G. Schott “ Orang-orang Arab yang dulunya bercerai-berai, berpecah belah, setelah dipimpin oleh Muhammad dapat menjadi golongan yang bersatu.[17] Ada juga ungkapan dari Amanual D. S., “ Hanya dia (Muhammad) itulah yang mengajarkan kemanusiaan orang-orang Eropa dengan kitabnya yang bernama Al-Qur’an.[18]

B. Nabi Muhammad Sebagai Model Pemimpin Dalam Pendidikan
            Rasulullah Saw. Telah mendefinisikan tugas asasinya, “ Sesunggunya aku hanya diutus untuk memberi pengajaran.” Al-Qur’anul Karim dengan sangat tegas juga menyebut tugas asasi Rasulullah S.aw. ini dalam firman-Nya, “Dialah yang telah mengutus seorang rasul dari kalang mereka (yang bertugas) membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, serta mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Hikmah (Al-Jumu’ah:2)
            Ayat ini menyebutkan bahwa, tugas Rasululah Saw. Adalah mengajar, mendidik, megajarkan Al-Kitab dan hikmah, serta mendidik orang berdasarkan keduanya. Sebagian terbesar kehidupan Rasulullah Saw. Di habiskan untuk ini, karena dari hal inilah segala kebaikan akan lahir. Tidak ada satupun aspek kehiddupan baik politik, sosial, ekonomi, militer maupun moral yang baik kecuali dengannya, seseorang, bangsa, maupun umat manusia tidak akan terbelakang, kecuali bila mereka tidak memperhatikan bahkan menyimpang dari ilmu yang benar kepada kebodohan atau sesuatu yang merusak dan tiada bermanfaat. [19]
Fenomena dalam sejarah Muhammad Saw. adalah Rasulullah memulai dengan membentuk umat baru yang memiliki kemampuan intelektual, perilaku, moral, hukum, perundang-undangan, dan bahasa tersendiri. Sehingga apabila individu yang ada di dalamnya tumbuh dan berinteraksi dengan dunia lain, yang secara aqidah dan perilaku sama sekali berbeda, dia sudah memiliki bekal. Beliau mengarahkan umat kepada satu arah, setiap individu mendapatkan tugasnya dan dididik agar dapat melaksanakan tugas itu. Beliau tentukan tugas terbesar bagi semua, menunjukkan jalan bagi mereka, dan menjelaskan sesuatu dalam segala aspeknya.[20]

  1. Nabi Muhammad Sebagai Pelopor  dalam pendidikan  
Sebelum pendirian masjid, rumah menjadi satu-satunya tempat bagi penyampaian ajaran Islam ajaran Islam. Rumah al-Arqam pada masa permulaan Islam diputuskan menjadi aktivitas bagi agama baru ini, dan disanalah Nabi menjelaskan doktrin-doktrin keimanan, dan beberapa orang menyataka memeluk Islam.[21]Muhammad biasa duduk dimasjid kota madinah sambil dikelilingi oleh para pengikutnya dan senantiasa menyerukan kepada mereka tiga kali sehingga mereka mengingatatau mampu menghafalnya. Beliau membuktikan diri sebagai seorang da’i sekaligus guru dan seorang penganjur kegiatan belajar yang penuh antusias, energik, dan penyayang. Beliau selalu memperkenalkan pengetahuan dengan sangat mempertimbangkan tingkat intelegensi para pendenganrnya. Disamping iti, Beliau menyampaikan ajarannya dengan hikmah dan anjuran yang baik. Terhadap masalah ini, Al-Qur’an menganjurkan kepada Nabi untuk memberi argumen kepada mereka dengan argument yang lebih baik.[22]
  1. Nabi Muhammad sebagai Pendidik baca tulis Al-Qur’an
Kepedulian Nabi Muhammad tidak hanya penanaman keimanan yang bersifat religius saja tetapi pendidikan yang di bangun oleh Nabi bersifat fleksibel. Kenyataan ini bisa dilihat setelah  kemenangan kaum muslimin pada perang Badar pada tahun 624, ketika beliau meminta beberapa tawanan yang terdidik  untuk mengajar anak-anak Madinah bagaimana menulis. Nabi Muhammad mengangkat beberapa dari mereka untuk menjadi guru seperti Ubaida bin as-Samit, yang ditunjuk menjadi pengajar disekolah Suffa di kota Madinah untuk pelajaran menulis dan studi al-Qur’an. Suffa atau as-Zilla (dengan panggung tinggi serta atap) adalah satu bagian dari masjid yang dibangun oleh Nabi di Madinah dan disediakan sebagai tempat pendidikan, khususnya untuk pendidikan membaca, menulis menghafal Al-Qur’an dan Tajwid (bagaimana membaca Al-Qur’an dengan benar)[23]
  1. Lembaga pendidikan dan universitas petama
Pendidikan yang ada di Suffa menurut Hamidullah sebagai Universitas Islam pertama,[24] Tempat ini juga dirancang sebagai pondok bagi para pendatang baru dan pendduduk setempat yang tidak memiliki rumah sendiri. Suffa memberian pendidikan tidak hanya diperuntukkan bagi para pemondok tetapi juga bagi para ulama dan pengunjung, yang diselenggarakan dalam jumlah besar. Jumlah pemondok di Suffa berubah dari waktu kewaktu. Catatan Ibnu Hanbal menunjukkan bahwa pada suatu saat terdapat tujuh puluh orang yang tinggal dengan pekerja pada waktu luang mereka.[25] Di dalam masjid yang sama, Nabi Juga pernah penyelesaikan seluruh persoalan hukum.
Suffa bukanlah salah satunya sekolah yang ada di Madinah, paling tidak terdapat sembilan Masjid di Madinah pada Masa Nabi, dan masing-masing dari masjid itu juga dimanfaatkan sebagai sebuah sekolah. Penduduk sekitar mengirim anak-anak mereka ke masjid-masjid setempat. Quba terletak dekat dengan Madinah, dimana Nabi kadang kala mengunjungi dan secara pribadi mengawasi sekolah yang ada dalam Masjid itu.[26]
Beliau juga mendorong masyarakat untuk belajar dari pada tetangga mereka. Dorongan ini membuat mereka lebih memilki tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu pengetahuan mereka sebagaimana dianjurkan oleh Nabi mereka untuk menyampaikan kepada sesamanya segala sesuatu yang mereka dapatkan dari beliau meskipun hanya satu ayat.[27]   
Masyarakat yang aktif belajar merupakan sebuah potret masyarakat religius yang menganggap agama mereka sebagai elemen pokok dalam memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan intelektualnya. Dengan mengesampingkan pertanyaan tentang apakah suffah merupakan sebuah sekolah yang tetap dan teratur, paling tidak bisa dikatakan bahwa Nabi telah meluangkan banyak waktunya untuk mengajar. Sebagai tambahan, beberapa hadist yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat menunjukkan bahwa Nabi telah mengajar berbagai kelompok masyarakat yang berasal dari tingkatan, jenis kelamin, dan usia yang berbeda.[28]












BAB III
KESIMPULAN
Dari paparan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa.

1.      Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya  dan upaya bersama untuk menggerakkan semua sumber dan alat (resourses) yang tersedia dalam suatu organisasi. Sedangkan Kepemimpinan pendidikan sebagai mana diungkapan oleh Fachrudi bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dalam proses mempengaruhi, mengkoordinir orang-orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran,agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat berlangsung lebih efesien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran..
2.      Adapun karekteristik kepemimpinan Rasulullah diantaranya: Ke-Tuhanan, Universal, Humanis, Raealistis, Harmonis, Berkeadilan, Mudah dan Dinamis .
3.      Peran Nabi Muhammad Saw. dimulai dengan membentuk umat baru yang memiliki kemampuan intelektual, perilaku, moral, hukum, perundang-undangan, dan bahasa tersendiri. Sehingga apabila individu yang ada di dalamnya tumbuh dan berinteraksi dengan dunia lain, yang secara aqidah dan perilaku sama sekali berbeda, dengan uamat yang lainnya, diantara model kepemimpinannya antara lain, Pendidikan yang diawali dalam keluarga,  penddikan dengan baca tulis Al-Qur’an dan mendirikan lembaga pendidikan







Daftar Pustaka

4.     Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi, (Yogyakarta : LKiS, 2004).
5.     Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2008).
6.     Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga,2007).
7.     Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang efektif dan Berpengaruh: Tinjauan manajemen Kepemimpinan Islam, Terj. Anang Syafrudin dan Ahmad Fauzan, (Bandung:PT Syaamil Cipta Media,2002).
8.     Haryanto, Rasulullah Way of managing people seni mengelola sumberdaya manusia, (Jakarta: Khalifah, 2008).
9.     Nasy’at Al-Masri, Senyum-Senyum Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991).
10.                  Syaik Sa’id Hawwa, Arrasul Muhammad Saw. Terj. Jasiman, Fahruddin, Sundari, (Pajang: Media Insani Press, 2002 ).
11.                  Fadhl Ilahi, Muhammad SAW  Sang Guru yang Hebat Sirah Nabi Sebagai Guru Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis-Hadis Shahih, Terj. Nurul Mukhlisin Asyraf, (Surabaya: eLBA, 2004).



[1] James E. Royster, Muhammad as a Teacher and Exemplar, The muslim World, 68, no.4, 1978, h. 235-258
[2] Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi, (Yogyakarta : LKiS, 2004). h.38
[3] Marno, Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 31-32
[4] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga,2007), h. 268-269
[5] Abu Daud Sulaiman Ibnu al-aysats al-Sajistami al-Azdiy, Sunan Abi dawud, (Indonesia: Maktabah Dahlan, tt)
[6] Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang efektif dan Berpengaruh: Tinjauan manajemen Kepemimpinan Islam, Terj. Anang Syafrudin dan Ahmad Fauzan, (Bandung:PT Syaamil Cipta Media,2002), h.14
[7] Ibid, h. 2
[8] Haryanto, Rasulullah Way of managing people seni mengelola sumberdaya manusia, (Jakarta: Khalifah, 2008), h. 41
[9] Ibid, h. 44
[10] Ibid, h. 45
[11] Nasy’at Al-Masri, Senyum-Senyum Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991), h. 65-66
[12] Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Syuyuti, Tafsir Jalalain Jilid 2 (Bandung: Sinar baru Algensindo, 2005), h. 1399
[13] Haryanto, Op., Cit., h. 52
[14] Haryanto, Op., Cit., h. 53
[15] Haryanto, Op., Cit., h. 54
[16] K.H. Munawar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam II A, h. 242-243
[17] Ibid, h. 252
[18] Ibid, h. 258
[19] Syaik Sa’id Hawwa, Arrasul Muhammad Saw. Terj. Jasiman, Fahruddin, Sundari, (Pajang: Media Insani Press, 2002 ), h.212
[20] Ibid, h. 213
[21] Attabari, Tarikh Al-Umam Wa Al-Mulk, III, (Leiden, 1881), h. 2335
[22] Q.S. An-Nahl [16]: 126. Dalam ayat ini Allah menganjurkan penggunaan akal sehat dan rasio untuk berdialog dengan pihak-pihak lain dalam mencari kebenaran dan dilandasi dengan sikap yang termanis, simpatik, dan tentu jauh dari sikap-sikap emosional. Muhammad asad menerjemahkan Ahsan dengan the most kindly manner
[23] Ahmad D.Munir Muslim Education prior to the Establishment of Madrasa, Islamic Studies, 26, 4 Musim dingin (1987), h. 322
[24] James E. Royster, Op.Cit., h. 240
[25] Ibnu Hanbal, Al-Musnad, III, h. 137
[26] Ibnu Abd al-Barr, al-‘Ilm, h.97 sebagaimana dikutip oleh M.Hamidullah, Educational system in the time of the Prophet, Islamic Culture, 13, no.1(1939) h. 49-59
[27] Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam sahih-nya bab Al-Anbiya’, VI, h.496 (Lihat al-Ghazali, Ayyuha al-walad, h. 34
[28] Abdurrahman Mas’ud, Op., Cit., h.41

Tidak ada komentar: